BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki arti yang sangat dalam dunia politik. Bahasa
menjadi media yang ampuh untuk menanamkan ideology, merebut atau mendapaykan
serta mempertahankan kekuasaan, berbagai piranti kebahasaan dimanfaatkan untuk
meraih simpati, menarik perhatian , dan membuat persepsi terhadap suatu
masalah, mengendalikan pikiran, prilaku serta nilai yang dianut khalayak.
Salah satu media yang sering digunakan untuk merealisasikan
pengontrolan ideologis dan kekuasaan adalah
iklan. Iklan merupakan suatu sistem tanda terorganisir yang merefleksikan sikap, keyakinan, dan
nilai-nilai tertentu. Setiap pesan dalam iklan memiliki dua tingkatan makna,
yaitu makna yang dikemukakan secara eksplisit di permukaan dan makna yang
dikemukakan secara emplisit di balik tampilan iklan (noviani dalam
kusrianti,2004;1). Lapisan makna dalam iklan membuat adanya potensi untuk
mengaburkan makna. Artinya, dalam sebuah iklan, makna ambigu berpotensi umtuk
hadir. Walaupun demikian ambugu ini menjadi senjata dan kiat bagi pengiklan
untuk mengkamuflasekan realita yang sesungguhnya.
Misalnya dalam kampanye politik. Begitu banyak janji –janji
yang seakan-akan bermakna manis. Namun bila di telusuri lebih jauh lagi, apa
yang secara tersurat dikemukakan belum tentu bermakna sama.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanap perwujudan bahasa kampanye politik CW kendari.
2. Tindak tutur apa saja yang terdapat dalam bahsa kampanye polotik
CW kendari.
3. Mengetahui daya pragmatic yang terdapat dalam bahasa kampanye
polotik CW kendari.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini:
1. Agar dapat mengungkap
makna bahasa kampanye politik yang
ditulis di media luar ruang.
2. Agar dapat mengetahui bahwa bahsa kampanye walikota kendari
mengandung beberapa day pragmatik yang berupa penyindiran, pendekatan diri,
rendah hati, dan pemameran diri.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini di temukan bahwa :
1. kampanye politik calon walikota kendari menggunakan beberapa
kode
2. mengetahui bahwa calon walikota kendari lebih memilih untuk
menggunakan tindak tutur langsung, tindak tutur langsung literal, dan tindak
tutur tidak langsung literal.
1.5 PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian
terdahulu yang berjudul. Daya pragmatic
bahsa kampanye politik calon walikota kendari ini dilakukan karena sejauh
penelusuran pustaka yang dilakukan, belum ada satupun yang mengkaji masalah
ini.
1.6 TEORI TERKAIT
Teori
yang terkait yaitu
1. Penelitian sulistianingsih (2009) yang membahas Bahasa Indonesia dalam Wacana Propoganda
Politik Kampanye Pemilu 2009 (Satu Kajian Sosioppragmatik).
2.
Penelitian sultan (2009)
yang membahas Bahasa Pencitraan dalam
Wacana Iklan Kampanye CAlon Anggota Legislatif 2009.
1.7. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini
dilakukan dengan memanfaatkan data yang terbesar dalam bentuk tulisan pada
spanduk, billboard, baliho kampanye politik pemilihan CW kendari.dengan
demikian data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak, teknik simak bebas
libat cakap yang dilanjutkan dengan teknik foto.
Setelah dikumpulkan dan diklasifikasikan, data kemudian
dianalisis dengan menggunakan metode padan pragmatic dan padan referensial
(sudaryanto,1989).
BAB
II PEMBAHASAN
2.1. PERWUJUDAN BAHASA KAMPANYE POLITIK
Bahasa
kampanye politik dapat diwujudkan melalui penggunaan berbagai macam kode. Kode
dibagi atas dua yaitu
1. Kode linguistik
2. Kode non linguistik
Kode
lingistik yaitu lambing atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna
tertentu, sedangkan kode non linguistik yaitu sistem bahasa dalam suatu
masyarakat , yang merupakan simbol-simbol non bunyi yang diwujudkan di
antaranya berupa gambar.
dalam
kampanye pollitik melalui media luar ,kedua kode ini sering di gunakan, kedua kode ini umumnya bersinergi untuk
menyampaikan suatu pesan sehingga target yang dimaksud dapat tercapai.dalam
kampanye politik targetnya adalah CW dipilih. Oleh karena itu, para CW akan
mendesain kode-koe yang sangat menarik.
Contoh bahasa kode linguistik :
Harapan
itu tanpa batas, pasangan walikota dan wakil walikota selanjutnya untuk kota
kendari. Insya allah : membangun kota kendari tanpa air mata dan penggusuran
paksa, menempatkan harkat dan martabat pedagang kaki lima sebagai bagian
pilar-pilar ekonomi. Bukan lanjutkan ….!!! Tetapi selanjutnya.
Contoh bahsa kode non linguistik:
pada CW TOREWA di pajang di alun-alun kota kendari
, dekat pasar mandonga . baliho ini sengaja dipajang di wilayah ini untuk
meraih simpatik masyarakat pendatang yang berasal dari makassar yang menjadi
basis dari CW tono herbiansyah. Lebih-lebih lagi, baliho torewa menggunakan bahasa Makassar dengan tujuan untuk mengakrabkan
diri.
2.2 TINDAK TUTUR BAHASA KAMPANYE POLITIK
Dalam menganalisis tindak tutur sebagai
pisau bedah pragmatic, wijana (1996: 4) membagi tindak tutur menjadi beberapa
bagian ,yaitu
1. Tindak tutur langsung
2. Tindak tutur tidak langsung
3. Tindak tutur literal
4. Tindak tutur tidak literal
Tindak
tuturlangsung adalah tindak tutur yang sesuai dengan modus kalimat yang
disampaikan. Berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimatdeklaratif,
interogatif dan kalimat imperatif. Kalimat deklaratif digunakan untuk
memberitahukan sesuatu informasi, kalimat Tanya untuk menanyakan sesuatu ,dan
kalimat perintah untuk menyatakan perintah ,ajakan, permintaan atau permohonan.
Tindak
tutur langsung literal adalah tindak tutuir yang diutarakan dengan modus
tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengaturanya . maksud memerintah
disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, dan
menanyakan sesuatu dengan kalimat Tanya.
Tindak
tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang tidak diungkapkan dengan
modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengaturanya, tetapi makna
kata-kata yang menyusunya sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur.
2.3. DAYA PRAGMATIK BAHAS KAMPANYE POLITIK
di
balik kat-kata yang tersusun rapi antara bahasa kampanye politik terdapat
beberapa makna terselubung atauyang disebut dengan makna pragmatik atau daya
pragmatik. Daya pragmatik bahasa kampanye politik itu berupa sindiran,
pengakraban diri, rendah hati, dan memamerkan diri.
1.
Sindiran
Menyindir adalah penggunaan bahasa yang
berupa sindiran oleh salah seorang CW dari partai X kepada CW lainya dari
partai penguasa yang berposisi sebagai incumbent.penggunaan bahasa yang berupa
sindiran ini berfungsi untuk menjatuhkan pamor atau citra diri lawan
politiknya.
2.
Mengakrabkan Diri
Mengakrabkan diri disini adalah pendekatan
CW secara personal kepada masyarakat pemilih dengan menggunakan media bahasa,
pendekatan personal ini tentu dilakukan dengan bahasa yang mudah dipahami dan
sering digunakan dalam bahasa keseharian masyarakat pemilihnya.
3.
Rendah Hati
Rendah hati yang dimaksud di sini adalah penggunaan
bahasa yang memuat kata, frasa, atau klausa tidak memaksakan kehendak. Karena
susunan bentuk klausanya terdiri dari kata pengandaian”jika”atau “kalau”.
Sehingg kata pengandaian ini mengandung makna pilihan yang sifatnya tidak
menekan atau imposif.
4.
Memamerkan Diri
Memamerkan diri adalah penggunaan bahasa
kampanye politik yang memuat berbagai prestasi atau kesuksesan dalam memimpin
kota kendari. Penggunaa bahasa ini dilakukan untuk meraih simpatik dan dukungan
masyarakat pemilihnya.
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Bahasa kampanye politik CW kendari ini menggunakan kode linguistik
dan non linguistik.
2.
Tindak tutur yang digunakan
berupa tindak tutur langsung, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur
tidak langsungliteral.
3.2. SARAN
Disadari
bahwa laporan penelitian ini masih banyak kekurangn dan kelemahan, disebabakan
karena kurangnya pemahamn dalam menganalisa suatu laporan penelitian, maka
diharapkan kritik dan saran baik dari rekan-rekan mahasiswa maupun dosen yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق